December 11, 2012

Memories of Love 7 (Last Chapter &Closing)


Memories of Love 1
Clara senang sekali karena malam itu ia akan menghabiskan waktu terakhirnya bersama teman-teman tercinta. Keesokan hari nya Clara akan menerima keputusan Dinas tentang hasil kelulusan mereka. Malam itu Clara merasa berbeda dari hari biasanya. Acara yang di gelar dengan sebutan “Prom Night”mengubah suasana sekolah menjadi lebih romantis. Lampu kelap kelip,redup terang dan panggung yang di hias khusus untuk acara malam itu membuat tempat itu tidak lagi dapat di sebut sekolah .........

Memories of Love 2
Clara menatap jam dindingnya pagi itu. Sudah pukul 9 pagi dan tidak ada inisiatif dalam dirinya untuk bangun dari tempat tidurnya. Mimpi itu.. beberapa malam ini memang sempat mengganggu malamnya. Mimpi yang aneh, membingungkan sekaligus menoreh luka lama. Bukan luka sebenarnya, karena Clara sudah melupakan luka itu dan menggantikannya dengan sebuah pelajaran dan pengalaman yang berarti. Orang itu kembali menghampiri tidurnya, hampir tiga malam belakangan ini. Senang atau tidak? Karena yang di impikannya hanya sebuah ilusi tentang kebahagian masa lalu keduanya. Rian bolak-balik masuk ke dalam mimpinya ...............

Memories of Love 3
Verlyta menatap dirinya di cermin. Setelah yakin bahwa dirinya sempurna, ia beranjak keluar rumahnya. Di depan, Evelyn bersama Rian telah menunggunya. Ia mengenakan kaos berwarna putih gading di padukan dengan celana pendek hitam kesukaannya. Ia tersenyum percaya diri dengan rambut panjang sepunggungnya yang berkibar lembut di tiup angin. Walaupun Evelyn sahabat karibnya dan Rian, ia tidak suka melihat keduanya bersama. Ia ingin memiliki Rian seorang dan ia tidak ingin Rian dekat dengan orang lain saat ia sedang bersama dengan Rian .............

Memories of Love 4
Satu hal.. Satu hal yang baru saja terungkapkan dari seseorang yang dulu pernah singgah di hati Clara. Satu hal yang tidak mungkin Clara lupakan karena adanya suatu kesaksian yang tidak pernah di ungkapkan oleh seseorang itu sebelumnya.Satu hal yang membuat Clara terdiam.. kaget.. dan tidak percaya akan penglihatannya saat ia membaca tulisan seseorang tersebut. Satu hal yang sempat terlupakan.. Trefio. Seseorang yang jauh.. berbeda.. yang awalnya sama sekali tidak di kenal Clara .............

Memories of Love 5
Rasa bahagia menyelimuti hati Clara hari itu. Ia mengambil pena berwarna merah miliknya, dan membuat gambar kecil berbentuk hati di tengah-tengah tanggal bertuliskan angka dua puluh lima. Tepat pada tanggal dua puluh lima bulan ini, Cleo meminta Clara untuk menjadi kekasihnya. Clara bahagia karena tidak terasa sudah dua tahun ia menghadapi rintangan bersama dengan Cleo. Clara tau, secuek apapun Cleo padanya, Cleo tetap menyayanginya. Dua tahun itu tidak terasa bagi Clara. Sudah dua tahun ia menghabiskan hampir seluruh kehidupannya dengan Cleo. Kebersamaan mereka ......

Memories of Love 6
Clara menatap Yehan. Hari itu adalah hari pertemuannya pertama kali dengan Yehan setelah beberapa tahun mereka tidak pernah bertemu. Clara sangat merindukan Yehan. Bukan karena ia kembali jatuh cinta pada Yehan, tidak. Tapi ia sangat merindukan kehadiran Yehan yang dulu sempat menjadi tempat perlindungan paling baik yang pernah Clara temui. Ia rindu akan perteman mereka yang harus hancur karena Yehan jatuh cinta pada Clara .....

Memories of Love 7 (Closing)
Tiga tahun Clara menunggu untuk menulis cerita ini. Tiga tahun Clara ingin memperlihatkan apakah hubungannya dengan Cleo sekarang dapat melebihi waktu yang pernah dijalaninya dengan Rian. Tiga tahun akhirnya Clara yakin, bahwa Cleo adalah pilihan nya yang tepat. Tiga tahun sudah mereka menjalani hubungan. Semakin lama, semakin lama semua perasaan, semua penglihatan, semua kenangan tentang Rian memudar. Clara percaya dengan Trefio yang mengatakan bahwa suatu kenangan tidak akan bisa dilupakan, semua kenangan, baik itu manis maupun pahit didalam kehidupan akan selalu teringat, hanya saja, yang dapat dihindari adalah kenangan itu semakin memudar, mungkin hanya potongan-potongan kecil kenangan yang dapat kita ingat, tidak lagi sesempurna dulu ketika kita yang melewati sendiri peristiwa-peristiwa itu.
Satu hal yang dapat dibuktikan oleh Clara adalah, bukan cintanya yang tidak bisa melebihi tiga tahun, bukan salahnya ketika hubungan Clara dan Rian hancur, hanya saja, Rian tidak dapat menyelesaikan waktu tiga tahun pacarannya dengan Clara, dan Clara mampu membuktikan bahwa sampai tiga tahun pun, dirinya dan Cleo dapat menjalani hubungan mereka dengan baik. Bertengkar? Pasti. Tidak mungkin suatu hubungan berjalan tanpa selisih paham, tapi Clara yakin, bukan dengan mengakhiri hubungan jalan keluarnya, dan toh sekarang cinta tetap bersemi dihati Clara dan Cleo, suatu pengerat hubungan yang tidak terlihat makin membuat keduanya sulit untuk melepaskan diri satu dengan yang lainnya, dan mereka mulai sulit untuk melakukan  aktivitas secara terpisah.

Box of Memories
Hidupku, enam tahun belakangan ini sangat.. sangat.. bermakna dan penuh dengan lika-liku kehidupan. Hidupku saat aku masih duduk di bangku sekolah, sangat rumit namun sangat berarti. Cerita ini, menjadi sebuah kenangan pahit..manis..asam..asin kehidupan selama aku duduk dibangku sekolah.
Terima kasih V.I yang berhasil menjadi cinta pertamaku yang kata banyak orang akan sulit dilupakan. Hadiah ulang tahun darimu, kalung pemberianmu dari Paris, gantungan pemberianmu dari Hongkong dan kalung pemberianmu saat kali pertama kita resmi berpacaran serta cincin dan foto kita, masih tersimpan rapat di sini.
Terima kasih W.G yang memelukku dan meminta maaf dengan tulus saat kita sama-sama menangis di waktu Prom Night malam itu.
Terima kasih untuk J.M yang sampai detik ini masih menjadi teman baikku. Sahabat yang masih mau mendengarkan curhatku walau kita sudah sama-sama sibuk. Tetapi kenangan kita yang tertulis di dalam buku curhat masih tersimpan dilemariku sampai saat ini, dan mampu kembali menguak cerita lama dengan sangat..sangat.. lengkap.
Terima kasih J.D yang pernah menghiburku setiap malam dengan suara dan permainan gitarmu yang sangat menggagumkan.
Terima kasih K.H yang sepenuhnya sudah melupakan hal-hal buruk tentang diriku dan mau kembali menjadi sahabatku selama 10 tahun kita saling mengenal.
Terima kasih J.K yang sampai detik ini, menjadi sahabatku yang tulus, teman yang paling baik, laki-laki yang mau berkorban banyak, baik dulu, maupun sekarang.
Dan aku sangat berterima kasih untuk kekasihku, K.K yang sangat menyayangi dan mencintaiku sampai detik ini. Yang rela menjadi tempat ku menangis dan bahagia, yang mampu mengembalikanku ke dunia ini saat aku merasa sudah hampir jatuh ke lubang yang paling dalam waktu aku mengetahui bahwa V.I satu kelas dengan kita.
Dan terima kasih untuk segala kenangan yang pernah diberikan dari kamu…kamu.. dan kamu yang pernah memberiku kebahagiaan, makna dan arti hidup yang sangat mendalam. Terima kasih.

July 30, 2012

Box Of Memories (Part 4 END)

Masuk ke kelas tiga SMA, aku hampir mati ketakutan. Aku dan V.I bertemu di kelas yang sama. Yang ku ketahui adalah saat itu, W.G sebagai kekasih V.I meminta agar dirinya dimasukkan di kelas yang sama dengan V.I. untung saja hal tersebut tidak benar-benar terjadi, karena pasti, saat itu aku sudah meminta untuk di pindahkan dari kelas mantan kekasihku.

Hari-hariku menjadi lebih tegang dan menyakitkan. Banyak hal-hal yang berusaha untuk ku jauhi dan tidak ingin ku lihat. W.G dan V.I selalu berpacaran di depan mataku. Entah dikelas, ataupun diluar kelas saat beristirahat. Tapi aku sadar, aku harus menyerah. Aku harus mencari pengganti, dan aku harus bahagia untuk V.I dan W.G.. lalu aku melakukannya.

Akhirnya aku bertemu dengan K.K. ia yang sampai saat ini mengisi hidupku dengan cinta. Tidak mudah sampai akhirnya aku dapat berhubungan dengan K.K. saat itu K.K merupakan laki-laki yang tampan menurutku. Aku menyukainya, tetapi ia tengah berhubungan dengan L.D. tapi karena hubungan mereka tidak berjalan terlalu mulus, akhirnya K.K memutuskan hubungannya dengan L.D dan memintaku untuk menjadi kekasihnya. Tepat pada Natal tiga tahun yang lalu, kami resmi berpacaran.

Satu hal yang akhirnya aku rasa kembali seperti semula. Pada saat perpisahan SMA, aku mengetahui bahwa hubungan V.I dengan W.G juga berakhir. Aku dan K.K resmi berpacaran. J.K dan R.I akhirnya berpacaran, L.D membenciku, K.H berpacaran dengan A.D, mantan kekasih J.D dulu. Dan tepat satu tahun yang lalu, aku mengetahui bahwa aku berhasil kembali berbaikan dengan K.H. Aku dapat kembali berkomunikasi dengannya setelah ia berada jauh di Negara lain. Kami pernah bertemu tahun lalu. Aku, K.H dan beberapa teman gereja kami bertemu dan kami makan bersama. K.H duduk di hadapanku kala itu. Kami banyak berkomunikasi, ia masih sama seperti K.H yang ku kenal dulu. Waktu itu aku pernah datang kerumahnya bersama dengan beberapa teman gereja. Kala itu aku meminta obat maag darinya. Hal terpenting yang ku ketahui saat itu adalah, K.H masih memperhatikanku. Hal tersebut baru benar-benar ku ketahui saat seorang sahabat gerejaku mengatakan bahwa K.H masih peduli padaku dan tidak lagi membenciku ketika ia bertanya dengan raut wajah cemas bercampur serius, “Kenapa? Kamu sakit maag?” aku bahagia.

Hidupku, enam tahun belakangan ini sangat.. sangat.. bermakna dan penuh dengan lika-liku kehidupan. Hidupku saat aku masih duduk di bangku sekolah, sangat rumit namun sangat berarti. Cerita ini, menjadi sebuah kenangan pahit..manis..asam..asin kehidupan selama aku duduk dibangku sekolah.

Terima kasih V.I yang berhasil menjadi cinta pertamaku yang kata banyak orang akan sulit dilupakan. Hadiah ulang tahun darimu, kalung pemberianmu dari Paris, gantungan pemberianmu dari Hongkong dan kalung pemberianmu saat kali pertama kita resmi berpacaran serta cincin dan foto kita, masih tersimpan rapat di sini.

Terima kasih W.G yang memelukku dan meminta maaf dengan tulus saat kita sama-sama menangis di waktu Prom Night malam itu.

Terima kasih untuk J.M yang sampai detik ini masih menjadi teman baikku. Sahabat yang masih mau mendengarkan curhatku walau kita sudah sama-sama sibuk. Tetapi kenangan kita yang tertulis di dalam buku curhat masih tersimpan dilemariku sampai saat ini, dan mampu kembali menguak cerita lama dengan sangat..sangat.. lengkap.

Terima kasih J.D yang pernah menghiburku setiap malam dengan suara dan permainan gitarmu yang sangat menggagumkan.

Terima kasih K.H yang sepenuhnya sudah melupakan hal-hal buruk tentang diriku dan mau kembali menjadi sahabatku selama 10 tahun kita saling mengenal.

Terima kasih J.K yang sampai detik ini, menjadi sahabatku yang tulus, teman yang paling baik, laki-laki yang mau berkorban banyak, baik dulu, maupun sekarang.

Dan aku sangat berterima kasih untuk kekasihku, K.K yang sangat menyayangi dan mencintaiku sampai detik ini. Yang rela menjadi tempat ku menangis dan bahagia, yang mampu mengembalikanku ke dunia ini saat aku merasa sudah hampir jatuh ke lubang yang paling dalam waktu aku mengetahui bahwa V.I satu kelas dengan kita.

Dan terima kasih untuk segala kenangan yang pernah diberikan dari kamu…kamu.. dan kamu yang pernah memberiku kebahagiaan, makna dan arti hidup yang sangat mendalam. Terima kasih.

***

Box Of Memories (Part 3)

Tidak lama setelah itu, aku bertemu dengan J.D dan K.H di gereja. Mereka mulai memanjakanku dengan hal-hal yang bersifat romantis. Keduanya, mendekatiku dengan cara yang berbeda. Aku berhubungan dengan K.H hampir empat bulan. Aku tau ia sangat menyayangiku. K.H memainkan piano untukku hampir setiap hari saat ia menghubungiku. Instrument lagu “At The Cross” adalah lagu yang sangat ku sukai. Ia memberikanku CD berisikan lagu tersebut, agar lagu itu dapat ku dengar saat ia tidak dapat memainkan lagu tersebut. Tangannya dengan sangat indah bermain di tuts-tuts piano, dan aku menyayanginya.

Lalu J.D datang. Ia juga menyuguhkan cinta dalam bentuk yang berbeda. J.D masuk kedalam hidupku dengan sangat…sangat.. sangat berbeda. Saat itu aku sudah lama kenal dengan J.D. ia adalah teman paling angkuh yang pernah kutemui. Ia bukan orang romantis seperti K.H. J.D memiliki sifat cuek seperti V.I, dan aku dekat dengannya.

J.D dan aku dekat hampir enam bulan. Ia memainkanku lagu setiap harinya lewat gitarnya. Ia bernyanyi untukku setiap malam dengan gitar kesayangannya. Ia menelponku berjam-jam sampai orangtuanya memanggil untuk makan. Lalu ia akan menghubungiku lagi setelah itu. Hidupku sangat indah setelah kehilangan V.I. aku pikir, itulah saat dimana aku sudah dapat melupakan cinta pertamaku. Tapi aku salah. Aku malah menyakiti K.H dengan jelas saat aku lebih memilih J.D. dan aku menghancurkan J.D dengan satu kalimat yang membuat J.D lalu berhenti mencariku saat itu juga. Aku menghancurkan hubunganku dengan kedua orang yang sangat ku sayangi dan ku hargai.

Entah apa yang ku lakukan kemudian. Aku kehilangan arah dan aku kembali memikirkan V.I. ia tidak mudah hilang dari hadapan dan pikiranku. Aku kemudian bertemu dengan J.K. ia, laki-laki paling cuek dan angkuh yang pernah ku kenal. Berbeda lagi dengannya, aku dekat dengannya… sampai sekarang. Ia adalah sahabat laki-laki yang sangat..sangat… sangat asik.

J.K dulu selalu memanggilku dengan sebutan “princess”. Ia tidak banyak berbicara. Kami selalu berkomunikasi lewat sms. Ia selalu menegurku saat kakiku tidak berhenti untuk bergerak saat kami tengah duduk didalam kelas. Ia adalah seorang yang sangat pemalu. Aku bahagia karena aku masih mengenalnya, hingga saat ini. J.K adalah sahabat, teman curhat sekaligus teman bergosip yang paling menyenangkan. Setidaknya ia masih ada untukku, hingga saat ini, dan aku tidak berniat untuk menyakitinya sampai kapanpun. Aku tidak mau hubunganku dengan J.K berakhir seperti hubunganku dengan J.D yang sampai saat ini tidak mampu diperbaiki. Mungkin saat ini semua orang berpikir bahwa aku adalah perempuan paling jahat. Beberapa orang menganggap ku telah menjadi perempuan jahat yang menghancurkan hubungan J.D dengan A.D. aku sangat meminta maaf akan hal tersebut.

***

Box Of Memories (Part 2)

Alangkah indahnya saat waktu seolah-olah berputar dengan sangat lambat ketika aku bersamanya.

Aku sempat putus dengan V.I kala itu, ketika aku merasa ia sedikitnya berubah. Tetapi kami tetap dekat dan akhirnya kembali berpacaran seperti dulu, kali ini jauh lebih indah.

Kami pertama kali berciuman saat duduk di kelas tiga SMP. Aku mencintainya, dan itu adalah bukti ia juga mencintaiku dengan balas mencium ku. Kami larut dalam ombak cinta yang begitu indah dan berdebur kencang.

Hampir tiga tahun akhirnya kami sama-sama masuk dan duduk di bangku SMA. Masa indah yang pernah ku jalani di SMP harus sedikit pudar karena aku merasa V.I dan diriku tidak lagi mampu bermesraan seperti dulu. Banyak kakak kelas yang mengetahui hubungan kami lalu mengerjai kami saat MOS SMA. Masa Orientasi Siswa adalah masa terakhir ia menatapku dengan cinta. Setelah itu, hubungan kami mulai renggang. Tidak ada lagi telpon tengah malam seperti dulu. Tidak ada lagi tatapan mesra dan pegangan tangan darinya. Ia mulai menghindar.

Pertengahan tahun dikelas 1 SMA akhirnya hubungan kami meledak menjadi sebuah boomerang bagi dirinya. Hampir satu sekolah termasuk guru-guru mengetahui bahwa V.I dan aku berhenti hubungan. Banyak yang menyayangkan hal tersebut karena kami telah melewati hubungan selama kurang lebih tiga tahun. Cintaku kandas, dan aku kehilangan V.I. beberapa hari setelah V.I memutuskan hubungan, ia jujur padaku bahwa sebenarnya ia menyukai wanita lain berinitial W.G. Perempuan itu… sangat berbeda denganku. Mereka pertama kali dekat saat V.I kehilangan anjingnya tersayang yang tidak sengaja terlindas mobil dirumah. Saat itu V.I sangat terpukul dan berusaha untuk bercerita denganku. Aku memang menjawabnya, aku berusaha menghiburnya dengan caraku, tetapi V.I merasa aku tidak mampu menghibur dirinya. Lalu tidak sengaja ia menceritakan hal tersebut kepada W.G. Perempuan itu mampu membuat V.I tenang dan tidak lagi bersedih. Aku di anggap tidak mampu mendengarkan curhatnya.

Aku menyesal. Kupikir hubungan kami yang berjalan tiga tahun itu akan lebih mudah saat ia dan aku bertukar cerita. Harusnya, aku dan V.I mampu menerima dan mendengarkan satu sama lain. Tapi takdir memang berkata lain. Aku benar-benar kehilangan V.I untuk selamanya saat aku mendekati W.G. Aku ingin mengetahui siapa dirinya. Aku ingin mengetahui apa lebihnya ia dibandingkan aku. Aku ingin ia tau bahwa ia secara tidak langsung, telah menghancurkan hubunganku dengan V.I.

Aku hancur, 3 bulan pertama. Hidupku terasa seperti neraka. Nilai ku langsung hancur berantakan. Aku menangis hampir setiap malam. Lalu suatu hari, aku merasa ada secerca harapan muncul. V.I menghubungiku, mengajakku kerumahnya, dan aku iyakan ajakan itu. Aku berbicara dengannya, kupikir ia dapat berubah pikiran dan mau kembali mencintaiku, tapi aku salah. Karena saat ia mengajakku kerumahnya, ia sudah berpacaran dengan W.G.

***

Box Of Memories (Part 1)

30.07.2012

Hari ini, aku membongkar barang-barang milikku yang dulu. Hari ini, aku tidak sengaja menemukan tumpukan kalung dan cincin yang pernah ku kenakan dulu. Hari ini aku membongkar seluruh kenanganku yang ku tumpukkan paling bawah didalam lemariku, dan hari ini aku kembali bernostalgia dengan kenanganku. Aku mengingatnya. Setiap titik dan koma, setiap detail yang pernah ku lalui, aku mengingatnya. Ingatan itu berhasil mencuat kembali karena aku membaca tulisanku yang dulu. Cerita yang pernah ku simpan, buku curhat yang pernah ku tulis dengan sahabatku, juga tulisan orang yang dulu ia tumpahkan lewat cerita.

Cerita ini bermula dari kurang lebih enam tahun yang lalu. Aku E.V, bersahabat dekat dengan J.M yang memiliki teman dekat lainnya yakni D.U, E.J, dan P.A. aku, J.M dan D.U sama-sama menyukai laki-laki yang sama, V.I. ia seperti seorang yang terkenal, keren, dan dikenal semua orang. Setiap orang suka padanya termasuk guru-guru. Menurutku sedikitnya ia merasa bahwa dirinya terpandang dan terkenal, tapi.. ya, ku akui memang begitulah dirinya. Aku, J.M dan D.U dekat dengan V.I. aku tidak tau siapa lagi yang dekat dengannya saat itu selain E.J dan G.S.

Dari teman-teman lain, aku mengetahui bahwa G.S menyukai V.I. Bedanya denganku adalah G.S sudah lebih dulu dekat dengan V.I sebelum kami berhasil dekat dengannya.

Aku, J.M dan D.U berhasil dekat dengan V.I pada akhirnya. Sedikit banyak yang kuingat adalah V.I kurang menyukai D.U karena sifatnya yang menurut V.I terlalu agresif. Well.. aku dan J.M akhirnya menjadi teman dekat sekaligus teman curhat untuk V.I. Seiring berjalannya waktu, atas usul sahabat V.I berinitial Y.R, aku dan V.I akhirnya berpacaran. Saat itu aku duduk di kelas 1 SMP. Kami berpacaran! Aku berpacaran dengan orang yang kata kebanyakan orang adalah laki-laki paling terkenal di sekolah saat itu. Aku, E.V berpacaran dengan V.I.

Banyak yang kami lewati bersama. Di kelas 1 SMP, ia sering menggangguku. Itulah cara kami berpacaran, dengan saling mengganggu satu sama lain di dalam kelas. Lalu malamnya, V.I secara terus-terusan akan menghubungiku. Nomor handphone dan rumahnya sudah ku ingat luar kepala saat itu. Ia akan menghubungiku malam hari, lalu akan dilanjutkan lagi tengah malam. Kalau ku pikir sekarang, aku begitu hebat karena dapat bangun setiap kali telponku bergetar. Tidak butuh waktu lama untuk membangunkanku, karena pada getaran pertama, aku akan langsung terbangun dan mengangkat telpon dari kekasihku. Kami menghabiskan waktu berjam-jam untuk hanya sekedar berbicara. Ia selalu menemaniku tidur. Di sela-sela telpon terkadang aku jatuh tertidur dan ia membiarkan hal itu terjadi. Ia akan mematikan telpon begitu ia tau bahwa aku sudah kembali tertidur pulas dalam tidur lelapku. Lalu keesokan harinya akan selalu seperti itu dan seperti itu lagi. Aku tidak pernah bosan berhubungan dengannya. Bagiku, itulah cara yang paling antik dan romantis untuk berpacaran.

Lalu kami harus melewati kelas 2 SMP dengan duduk dikelas yang berbeda. Saat itu, setiap istirahat, V.I akan dengan sangat rajin menghampiri kelasku. Kami akan berbicara dan sedikit curi-curi untuk berpegangan tangan saat waktu istirahat yang saat itu hanya berdurasi 15 menit.

***

June 30, 2012

Love, Pain & Revenge (Chapter 1)

One year before...

Aku mengerjapkan mata berkali-kali seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja di katakan oleh kedua orangtua angkatku. Mereka resmi memasukkan ku ke universitas swasta yang aku impi-impikan. Universitas Pelita Harapan bukan universitas yang murah. Banyak teman-temanku yang ingin mendaftaran diri disana tetapi biaya yang harus dikeluarkan sangat besar. Selain uang pangkalnya yang mahal, untuk mengambil jurusan disana tidaklah mudah. Aku sangat beruntung memiliki keluarga dan orangtua seperti mereka. Mama Ratna dan papa Wandy adalah om dan tante kandungku. Mereka menjadi orangtua angkatku sejak kedua orangtuaku meninggal karena kecelakaan mobil. Saat itu tante Ratna, adik dari ayah kandungku dinyatakan tidak dapat hamil karena mandul. Karena itulah begitu orangtua kandungku dinyatakan telah meninggal, mereka mengangkatku menjadi anak kandung mereka. Mama Ratna mirip sekali dengan ayahku. Umur mereka hanya berbeda satu tahun. Guratan wajahnya selalu mengingatkanku tentang ayah.

Aku adalah manusia yang paling beruntung. Walau aku tidak memiliki orangtua lagi, tetapi kedua orangtua angkatku selalu memanjakanku di saat aku memang butuh kasih sayang dari orangtua. Mereka mengangkatku sejak aku berusia delapan tahun, tepat saat aku naik ke kelas dua SD. Segala keperluanku selalu mereka penuhi. Aku di berikan kasih sayang yang melimpah. Satu hal yang paling ku saluti dari kedua orangtua angkatku, mereka mendidikku menjadi seorang anak yang disiplin. Aku tidak pernah ingin mengecewakan mereka. Dan saat ini kebahagiaanku semakin lengkap ketika mereka mempercayakanku untuk memperoleh pendidikan tinggi di universitas favorit yang memang sudah lama menjadi impianku. Satu hal yang tidak teduga adalah, aku telah lolos seleksi untuk menjadi mahasiswa disana. Dengan bantuan kedua orangtuaku yang mengirimkan hasil lukisanku ke universitas Pelita Harapan, aku resmi menjadi mahasiswi disana.

“Jadi Erica, apa yang kamu butuhkan untuk perlengkapan perkulihan sayang?” tanya papa.

“Mungkin Erica butuh peralatan lukis baru, tetapi itu nanti saja. Saat ini, Erica ingin menikmati liburan panjang dengan mama dan papa.”

“Liburan atau berkeliling ke Universitas baru?”

“Universitas!” Teriakku langsung bergairah. Tanpa banyak babibu aku langsung mencium kedua pipi orangtuaku dan berlari kedalam kamar untuk mengganti pakaian.

Aku resmi berkuliah di Universitas favoritku! Batinku bahagia.

***

June 26, 2012

Love, Pain & Revenge (Prolog)


Mataku memeriksa keadaan gelap di sekitar ku. Aku berdiri di tengah ruangan gelap untuk mencari sesosok yang sebenarnya sangat tidak ingin ku lihat. Tapi aku harus mencari tau apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka. Aku yang sebelumnya telah meletakkan seluruh hidupku dalam pangkuan hidupnya. Aku begitu takut kehilangannya sampai aku tidak pernah memberanikan diri untuk mencari tau apa yang sebenarnya terjadi di antara keduanya.

Ranita yang menyuruhku untuk memperjelas sendiri apa yang sebelumnya sering ia lihat dan dengar. Ranita yang setengah mati selalu meyakinkan ku bahwa ada sesuatu yang terjadi antara kekasihku dengan  partner bandnya. Hanya aku, yang masih sangat percaya dengan Edo, kekasihku. Hubunganku seharusnya tidak mudah retak karena kami sudah mengikat nya dengan sangat erat. Apakah aku harus percaya dengan apa yang dikarakan sahabatku? Atau aku harus tetap mempertahankan hubunganku dengan Edo?

Samar-samar aku mendengar suara dari balik ruangan. Pintunya tidak tertutup rapat sehingga aku dengan mudah mendengar apa yang sedang dibicarakan didalam. Aku menahan napas dalam-dalam. Menunggu suara yang dengan pelan namun tegas berbisik. Suara yang sudah sangat ku kenal. Suara yang suka mengelitik telingaku ketika ia membisikan kata-kata indah di telingaku-kini ku dengar kembali, walau bukan untukku.
“Sampai kapan aku harus menjalani sandiwara ini?”
“Kamu harus menunggu waktu yang tepat Sharah.”
“Tepat? Sampai kapan? Toh semua orang sudah tau. Hanya pacarmu saja yang bodoh.”
“Jangan sebut Erica seperti itu. Dia tidak bodoh!” suara itu membentak. Erica sempat terhentak sedikit mendengar bentakan itu, tetapi ia tetap membungkam mulutnya sendiri agar tidak mengeluarkan sedikitpun suara.
“Tidak bodoh? Lalu apa? Buta? Apa tuli untuk bisa melihat dan mendengar apa yang terjadi diantara kita? Kamu harus tanggung jawab! Aku tidak mau di duakan!”
“Kecilkan suaramu atau semua orang akan mendengar mu Sharah!”
“Aku benci seperti ini! kesannya seperti aku yang disalahkan. Aku yang menjadi penjahat dalam hubungan kalian! Aku yang membuat mu menjadi pria paling brengsek di dunia ini!” isak Sharah. Ia menangis. Aku bisa mendengarnya.
“Tidak. Jangan salahkan dirimu. Kamu tidak salah. Begitu pula dengan Erica.” Ucap Edo melembut. Erica tersenyum. Edo masih sayang padanya. Edo membelanya. Ranita salah persepsi tentang Edo.
“Ini anakmu Do. Anak kita dalam kandunganku.” Kata Sharah. Dan Erica terbangun dari mimpi terindahnya. Dunia seakan terbalik dan aku merasa pusing. Badanku oleng dan aku jatuh, terduduk dengan mengeluarkan suara benturan keras ketika badanku terhentak di lantai. Masih dalam keadaan duduk, aku menangis, terisak di balik telapak tanganku, dan aku mendengar suara Edo memanggil, tepat disebelahku.
***


Template by:

Free Blog Templates