June 30, 2011

Memories Of Love 2 (Fiction Version)

Clara menatap jam dindingnya pagi itu. Sudah pukul 9 pagi dan tidak ada inisiatif dalam dirinya untuk bangun dari tempat tidurnya. Mimpi itu.. beberapa malam ini memang sempat mengganggu malamnya. Mimpi yang aneh, membingungkan sekaligus menoreh luka lama. Bukan luka sebenarnya, karena Clara sudah melupakan luka itu dan menggantikannya dengan sebuah pelajaran dan pengalaman yang berarti. Orang itu kembali menghampiri tidurnya, hampir tiga malam belakangan ini. Senang atau tidak? Karena yang di impikannya hanya sebuah ilusi tentang kebahagian masa lalu keduanya. Rian bolak-balik masuk ke dalam mimpinya. Entah karena begitu inginkah Clara bertemu dengan Rian, atau malah Rian lah yang merindukan Clara? Beberapa orang pernah mengatakan kepada Clara, bahwa ketika kita memimpikan seseorang yang tidak pernah di pikirkan, maka sebenarnya orang yang berada di dalam mimpi itulah yang merindukan dirinya. Tetapi benarkah dugaan Clara bahwa memang di dalam hati kecilnya sekalipun, ia berhenti memikirkan Rian? Terkadang Clara sendiri tidak tau apa yang berada di dalam hati kecilnya. Tetapi hampir 90% dirinya yakin, bahwa ia tidak sedikitpun berani memikirkan Rian sampai mimpi itu menghampiri bunga tidurnya. Sedikit berbunga-bunga, Clara duduk di tempat tidurnya, menarik selimut tebalnya dan masih memikirkan mimpi tadi malamnya yang merupakan mimpi ketiga berturu-turut dalam malamnya.
Clara menyadari bahwa apa yang di lakukannya saat itu adalah hal bodoh. Untuk apa sekedar memikirkan mimpi yang hanya merupakan bunga tidur seseorang? Sesuatu yang mungkin pernah di indam-idamkan oleh Clara dulu yang tidak sempat di lakukan oleh Rian untuk nya. Tapi pemikiran lain muncul dalam benak Clara. Tatapan itu... Senyumannya... Semuanya sama persis dengan apa yang pernah di rasakan oleh Clara dulu. Entahlah. Itu toh kembali hanya merupakan sebuah mimpi yang kebetulan membuat Clara kembali mengingat Rian. Mimpi di hari pertama mengingatkan kenangan manis Clara dengan Rian. Karena itulah Clara lalu mulai memikirkan mimpinya sampai akhirnya terbawa kepada mimpi kedua di malam keduanya, dan begitu selanjutnya sampai ia sendiri heran akan mimpi yang sama selama tiga hari berturut-turut. Senangkah Clara? Atau justru ia harusnya merasakan sedih karena itu hanya keinganannya dulu yang tidak sempat ia lakukan dengan Rian?
Kali ini Clara memilih bangun dan mengecek emailnya. Clara duduk terdiam, sebelum akhirnya mencari nama seseorang buddy contactnya. Rian. Clara mulai mengetik satu dua kata, lalu menghapusnya lagi. Kembali mengetik sesuatu, lalu menghapusnya kembali sampai akhirnya ia menemukan kata yang tepat, lalu menekan huruf enter dengan cepat sebelum ia berubah pikiran. Tidak berapa lama setelah itu, muncul balasan dari Rian.
“Aku baik. Kamu?” dan semuanya berlangsung cepat setelahnya.
Hubungan mereka baik. Sepertinya sudah benar-benar lupa kalau mereka memiliki hubungan khusus dulu. Hubungan yang pernah membawa mereka sampai tahun ketiga berhubungan dan berakhir dengan sedikit mengenaskan. Sampai akhirnya Rian dan Clara sama-sama menemukan pecahan hatinya yang hilang dan memberikannya kepada orang lain yang menyayangi keduanya dengan lebih baik.
Di sela-sela pembicaraan mereka, Rian menyelipkan kalimat-kalimat lucu yang mau tak mau membuat Clara sedikit bernostalgia karenanya.
“Aku rasa bahwa semua orang scorpio itu sama saja. Selalu ingin di temani dan terkadang tidak menyadari bahwa pasangannya sedang sibuk.” Kata Rian saat itu.
“Aku tidak seperti itu kan?” Kata Clara dan langsung di sambut dengan kalimat balasan cepat Dari Rian.
“Justru kamu seperti itu. Selalu minta di temani padahal tau bahwa aku sedang sibuk dan memiliki urusan lain.” Dan Clara tersenyum. Kenangan itu tidak sepenuhnya di buang oleh Rian. Ia tau bahwa Rian masih mengenal dirinya dan belum melupakan Clara sepenuhnya seperti sifatnya yang selalu ingin di temani dan ia berbintang scorpio. Clara senang karena Rian masih mengingat sifat nya walaupun itu dari sisi negative Clara. Tetapi hal tersebut tidak berlangsung lam karena Clara tau, bahwa Rian bukan tipe laki-laki yang mudah melupakan sesuatu. Clara berani menjamin bahwa Rian pasti masih mengingat kenangan hangatnya dengan Verlyta dulu karena hubungan mereka kandas bukan karena keduanya bertengkar hebat sebelum berpisah. Bukan seperti Rian dan Clara dulu yang harus melibatkan orang-orang terdekat mereka untuk menyelesaikan masalah. Tetapi kini Clara lebih bahagia. Bahagia karena ia kini bersama Cleo dan hubungannya dengan Rian tidak lagi berstatus “musuh” dan “dendam”, melainkan seperti seorang teman lama.
Sebelum menyelesaikan percakapannya dengan Rian, Clara sempat melontarkan satu pertanyaan ringan. Clara ingin agar Rian tau bahwa dirinya juga masih mengingat kenangan tentang mereka dulu.
“Rian… bagaimana kabar anjingmu?”
“Lucky? Ia baik.”
***
Cerita ini tidak seperti dua cerita sebelumnya. Walaupun nama dan karakternya sama, tetapi cerita di atas murni karangan. Hanya ingin kembali mengisahkan sosok Clara yang tidak lagi terpaut dengan dunia nyata dan tidak bermaksud menyinggung atau menyakiti pihak-pihak terkait di atas.
Semoga ceritanya tidak membosankan teman-teman. Selamat membaca.

June 24, 2011

Tidak Ingin di pendam sendiri

Sudah lama. Bahkan lama sekali aku tidak berani bahkan hanya menatap wajahnya lewat sebuah bingkaian foto. Lama sampai akhirnya aku memberanikannya. Dan hanya dengan membuka dan melihat kembali wajah itu, rasanya seluruh tubuhku kembali merinding. Sensasi aneh. Karena walaupun sudah lama ini berakhir, tidak pernah sedikitpun aku berani menatap dirinya. Walaupun beberapa kali kami berkomunikasi seperti teman biasa, aku tetap tidak berani melihatnya. Dan sekarang.. Rasa aneh itu diam-diam kembali mengusik hatiku. Ingin melihat, tapi takut. Bila dilihat, jangan-jangan aku malah memikirkannya.
Tidak jarang dia menyelinap masuk dalam bunga tidurku. Ia bolak-balik masuk ke dalam kehidupanku tanpa bisa ku hindari. Keinginanku? Aku tidak ingin ia kembali mengotak-atik hidupku. Tapi tidak semua bisa ku atur dengan sempurna. Bahkan sampai kapanpun, kurasa keinginanku untuk menghapus dirinya dalam ingatanku cukup terdengar mustahil. Kecuali yaah.. aku benar-benar lupa ingatan.
Yang aku pikirkan saat ini, adalah bagaimana seseorang itu lalu tau bahwa dia masih berada dalam memori otakku. Seseorang yang tidak terduga. Dan mungkin setelah kembali menelaah lebih jauh, orang-orang akan mengatakan, itu dia. Itu pasti dia. Orang-orang akan menjudge aku dengan berbagai tuduhan, “Kenapa masih memikirkannya? Salah mu sendiri masih berani berkomunikasi dengannya.” Kembali aku ingatkan, sosok ini adalah orang yang tidak terduga yang pernah masuk ke dalam hidupku. 

Template by:

Free Blog Templates