June 26, 2012

Love, Pain & Revenge (Prolog)


Mataku memeriksa keadaan gelap di sekitar ku. Aku berdiri di tengah ruangan gelap untuk mencari sesosok yang sebenarnya sangat tidak ingin ku lihat. Tapi aku harus mencari tau apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka. Aku yang sebelumnya telah meletakkan seluruh hidupku dalam pangkuan hidupnya. Aku begitu takut kehilangannya sampai aku tidak pernah memberanikan diri untuk mencari tau apa yang sebenarnya terjadi di antara keduanya.

Ranita yang menyuruhku untuk memperjelas sendiri apa yang sebelumnya sering ia lihat dan dengar. Ranita yang setengah mati selalu meyakinkan ku bahwa ada sesuatu yang terjadi antara kekasihku dengan  partner bandnya. Hanya aku, yang masih sangat percaya dengan Edo, kekasihku. Hubunganku seharusnya tidak mudah retak karena kami sudah mengikat nya dengan sangat erat. Apakah aku harus percaya dengan apa yang dikarakan sahabatku? Atau aku harus tetap mempertahankan hubunganku dengan Edo?

Samar-samar aku mendengar suara dari balik ruangan. Pintunya tidak tertutup rapat sehingga aku dengan mudah mendengar apa yang sedang dibicarakan didalam. Aku menahan napas dalam-dalam. Menunggu suara yang dengan pelan namun tegas berbisik. Suara yang sudah sangat ku kenal. Suara yang suka mengelitik telingaku ketika ia membisikan kata-kata indah di telingaku-kini ku dengar kembali, walau bukan untukku.
“Sampai kapan aku harus menjalani sandiwara ini?”
“Kamu harus menunggu waktu yang tepat Sharah.”
“Tepat? Sampai kapan? Toh semua orang sudah tau. Hanya pacarmu saja yang bodoh.”
“Jangan sebut Erica seperti itu. Dia tidak bodoh!” suara itu membentak. Erica sempat terhentak sedikit mendengar bentakan itu, tetapi ia tetap membungkam mulutnya sendiri agar tidak mengeluarkan sedikitpun suara.
“Tidak bodoh? Lalu apa? Buta? Apa tuli untuk bisa melihat dan mendengar apa yang terjadi diantara kita? Kamu harus tanggung jawab! Aku tidak mau di duakan!”
“Kecilkan suaramu atau semua orang akan mendengar mu Sharah!”
“Aku benci seperti ini! kesannya seperti aku yang disalahkan. Aku yang menjadi penjahat dalam hubungan kalian! Aku yang membuat mu menjadi pria paling brengsek di dunia ini!” isak Sharah. Ia menangis. Aku bisa mendengarnya.
“Tidak. Jangan salahkan dirimu. Kamu tidak salah. Begitu pula dengan Erica.” Ucap Edo melembut. Erica tersenyum. Edo masih sayang padanya. Edo membelanya. Ranita salah persepsi tentang Edo.
“Ini anakmu Do. Anak kita dalam kandunganku.” Kata Sharah. Dan Erica terbangun dari mimpi terindahnya. Dunia seakan terbalik dan aku merasa pusing. Badanku oleng dan aku jatuh, terduduk dengan mengeluarkan suara benturan keras ketika badanku terhentak di lantai. Masih dalam keadaan duduk, aku menangis, terisak di balik telapak tanganku, dan aku mendengar suara Edo memanggil, tepat disebelahku.
***


0 comments:

Post a Comment

Template by:

Free Blog Templates